03-Benarnja Kitab Sutji


Hasil inspirasi (lihat : INSPIRASI) jang membuat Kitab Sutji djadi Kitab Allah ialah: Kitab Sutji adalah benar, oleh karena Allah bersabda didalamnja. Dengan sengadja dikatakan: Kitab Sutji adalah benar. Dahulu biasanja dikatakan: Kitab Sutji tidak dapat bersalah, keliru. Tetapi Konsili Vatikan II (Konstitusi tentang Pernjataan ilahi) tidak lagi berbitjara demikian. Konstitusi itu berkata: Kitab Sutji adalah benar. Memang rumus jang lama dapat diartikan dengan baik tapi mudah menjesatkan orang dan menimbulkan salah paham serta banjak kesulitan. Sebab djika diartikan seolah-olah dalam Kitab Sutji tak mungkin terdapat kesalahan atau kekeliruan, tentu sadja sukar dapat dipertahankan, oleh karena ada tjukup banjak kekeliruan dalam Kitab Sutji. Dunia, djagat raya, pasti tidak terdjadi dalam waktu enam hari (Kej 1). Terwelu tidak termasuk kedalam djenis binatang jang memamah biak (Lev 11:6). Belsjasar tak pernah mendjadi radja Babel (Dan 5:1) dan pengganti Radja Babel jang terachir bukan Darios, orang Media (Dan 6:1) Wali negeri Romawi Kuirinus tidak membuat suatu tjatjah djiwa dimasa Kristus (Luk 2:1) dan masih ada banjak kesalahan lain lagi. "Kekeliruan-kekeluruan" sedemikian dewasa ini tidak lagi memusingkan kepala siapapun djua jang sedikit ahli dibidang ilmu Kitab Sutji. Karenanja tak perlu dibahas lebih landjut. Sungguhpun hal-hal itu dikatakan oleh Kitab Sutji tapi sama sekali tidak mau dibenarkan atau disungguhkan oleh sipengarang atau oleh Allah.@@
Selingan,hidupkan lagu ini sambil baca artikel di bawah ini.
Indah RencanaMu - Gloria Trio (Lirik) Lagu Rohani Kristen Terbaru 2023

Dengan demikian persoalannja sudah tersinggung sedikit. Benar adalah suatu pikiran atau utjapan apabila orang jang berbitjara atau menulis mau membenarkan serta menjungguhkan apa jang dikatakan atau ditulisnja. Kalau demikian maka ia membenarkan bahwa apa jang dipikirkan, dikatakan dan ditulisnja sesuai dengan realitas sebagaimana njata ada, salah satu pokok atau kedjadian. Sebagai tjontoh jang berikut ini: Apabila Kitab Sutji (Lev 11:6) berbitjara tentang terwelu maka maksudnja melarang binatang itu dimakan, entah karena apa. Si pengarang tentu tidak berlagak ahli ilmu hajat, melainkan mengeluarkan undang. Sekalipun menurut anggapan rakjat dan pendapat si pengarang binatang itu termasuk ke dalam golongan binatang jang memamah biak, tetapi itu sekarang tidak mendjadi pokok pembitjaraan. Benar ialah: binatang itu tidak boleh dimakan. Itulah jang dimaksudkan si pengarang.

Djadi apa maksud Kitab Sutji pada umumnja? Masalah itu mahapenting sehubungan dengan soal apakah jang dibenarkan dan disungguhkan oleh Kitab Sutji. Sebab hanja itu sadja "benar". Tidak boleh dikatakan tentang Kitab Sutji, sebagaimana sementara orang berkata tentang Kur'an atau Alkitab, bahwa Alkitab memuat segala kebenaran. Tidak demikian halnja dengan Alkitab menurut paham Keristen. Sudah barang tentu Kitab Sutji bukan buku ilmu bumi atau ilmu hajat, ilmu bangsa atau ilmu bahasa. Hal-hal jang termasuk kedalam wilayah ilmu-ilmu itu sesungguhnja diluar perhatian dan minat Kitab Sutji. Memang kadang-kadang pokok-pokok sedemikian dibitjarakan misalnja sehubungan dengan ilmu bahasa, tjerita tentang menara di Babel (Kej 11) atau sehubungan dengan ilmu bangsa, silsilah jang banjak termuat dalam Kitab Sutji (bdk. Kedj. 10; Tawarich 1-9 dll.) Namun demikian hal-hal itu bukan pokok pembitjaraannja. Sehubungan dengan masalah sedemikian Kitab Sutji menjesuaikan diri dengan alam pikiran dan anggapan jang ada didjaman tertentu dan dilingkungan kebudajaan chusus. Hal sedemikian tidak dibenarkan atau disangkal. Demikianpun halnja apabila Kitab Sutji berbitjara tentang susunan djagat raya dan manusia serta unsur-unsurnja. Ia mengambil alih anggapan jang laku. Mungkin si pengarang insani sungguh berpendapat demikian djuga, tapi bukan itulah jang mau diutarakannja waktu menulis kitabnja. Alkitab bukan antropologi atau filsafat. Memang Kitab Sutji banjak bertjerita tentang kedjadian-kedjadian sedjarah, namun ia bukan buku ilmu sedjarah djuga. Oleh karena demikian duduknja perkara, maka tak mungkin ada pertentangan antara ilmu pengetahuan dan Kitab Sutji. Kitab Sutji dan ilmu pengetahuan berbitjara tentang sesuatu jang lain, wilajahnja adalah berbeda dan karenanja tidak dapat berbentrokan. Ilmu pengetahuan berbitjara tentang apa jang termasuk kedalam dunia dan djagat raya ini, pada hal Kitab Sutji membahas hubungan manusia dengan Tuhan dan tjampur tangan Allah dalam sedjarah umat manusia, chususnja umat Allah.

Djadi maksud Kitab Sutji ialah: mendjelaskan dan menetapkan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan satu sama lain atas dasar nasabah tersebut. Teranglah kiranja hal ini menjangkut djuga kedjadian sedjarah, sebab Allah memimpin sedjarah menudju ketudjuannja, jakni keselamatan umat manusia. Namun kedjadian-kedjadian sedjarah itu tidak disoroti oleh Kitab Sutji sebagai kedjadian-kedjadian sedjarah melainkan sebagai tjampur tangan Allah dalam sedjarah untuk melaksanakan rentjana penjelamatan. Dibidang keselamatan itulah letaknja kebenaran Kitab Sutji. Dalam hal ini Alkitab sungguh bermaksud membenarkan dan menjungguhkan sesuatu. Karena itu konsili Vatikan II menjatakan bahwa Alkitab adalah benar sehubungan dengan kebenaran jang mau ditjantumkan Allah dalam Kitab Sutji demi keselamatan kita. Segala sesuatu jang menjangkut keselamatan dan sedjauh menjangkut keselamatan adalah benar, apabila disungguhkan dan dibenarkan oleh pengarang sutji. Kalau demikian, maka kekeliruan tidak mungkin lagi, oleh karena dibenarkan oleh Tuhan sendiri, jang memang tidak dapat keliru. Tentu sadja ada mungkin banjak kebenaran lain tertjantum dalam Kitab Sutji dan sesungguhnja termaktub didalamnja. Akan tetapi kebenaran-kebenaran sedemikian itu adalah kebenaran insani jang tidak didjamin oleh Tuhan, sehingga dapat tidak tepat.

Djadi benarnja Kitab Sutji tjukup sempit wilajahnja. Manusia pada umumnja dan chususnja manusia jang terdidik menurut filsafat Junani begitu sadja ingin bahwa segala pikirannja dan perkataannja tjotjok dengan realitas jang njata. Sikap ini mendjadi landasan segala ilmu pengetahuan. Dan memang baiklah sikap itu. Akan tetapi sikap itu djangan begitu sadja dipindahkan kepada Kitab Sutji serta pengarang-pengarangnja. Mereka hanja ingin menjesuaikan pikiran dan perkataannja dengan realitas tertentu, jaitu hubungan Allah dengan manusia, chususnja apa jang dikerdjakan Tuhan demi keselamatan manusia. Selandjutnja harus ditambahkan jang berikut ini: Bukan kita ini, manusia jang menetapkan apa jang menjangkut keselamatan dan berapa djauhnja menjangkut keselamatan itu. Itu ditetapkan oleh Allah sendiri, maklumlah dalam Kitab Sutji dan dengan perantaraan kawibawa rasmi, iman dan pimpinan umat Allah, Geredja. Harus diakui djuga, bahwa maksud Kitab Sutji itu tidak selalu mudah dilihat dan gampang ditangkap. Disini para ahli jang dipimpin oleh iman Geredja harus memeriksa dan menjelidiki.
Untuk mengetahui apa jang dimaksudkan pengarang sutji dan Alkitab dan jang karenanja disungguhkan oleh Roh Kudus penting sekali dikenal djenis sastera manakah dipergunakan Alkitab. Masalah ini dikupas dalam suatu uraian tersendiri, sehingga tak perlu diulang disini (lihat : DJENIS SASTERA)

Akan tetapi setelah maksud sebenarnja sudah diketahui, masih ada beberapa kemungkinan sehubungan dengan benarnja Alkitab. Boleh dikatakan begini: Ada beberapa tingkatan dalam kebenaran. Boleh djadi sesuatu dibenarkan dan disungguhkan pada umumnja sadja atau djuga setjara terperintji. Suatu tjontoh: Tjerita-tjerita dalam Kitab Sutji mengenai para bapa bangsa memang menjangkut keselamatan, tjampur tangan Tuhan dalam sedjarah. Karenanja pasti si pengarang bermaksud menjungguhkan tjerita-tjeritanja itu. Tapi bagaimanakah dibenarkannja? Bahwasanja para bapa bangsa dipimpin oleh Allah, dilindungi serta diberkati olehNja dan lagi diberi djandji keselamatan tentu dibenarkan. Tetapi soal lain ialah: Adakah semua tjerita-tjerita jang mengungkapkan hubungan chas itu dibenarkan setjara terperintji djuga? Itu pasti tak perlu diterima, dan malah tak mungkin diterima. Tak perlu diterima karena "kebenaran keselamatan" jang tertjantum didalamnja. Tjukuplah tjerita-tjerita itu pada umumnja benar: Para bapa bangsa sungguh dipimpin dan diberkati oleh Allah, entah bagaimana. Dengan demikian belum disangkal bahwa pengarang sutji berpendapat semua terdjadi sebagaimana ditjeritakannja. Namun demikian mengingat maksudnja waktu menulis, tidak semua dibenarkan pada ketika itu. Boleh djadi salah satu utjapan atau tjeritera dibenarkan setjara mutlak atau disungguhkan dengan sjarat sadja. Mungkin sesuatu dikemukakan hanja sebagai dugaan dan perkiraan, sebagai keraguan atau djuga sebagai suatu kepastian. Dugaan dan perkiraan, keraguan dan kepastian tetap sama sifatnja apabila tertjantum dalam Kitab Sutji. Boleh djadi sesuatu dibenarkan sebagai kebenaran insani belaka atau sebagai kebenaran iman, djadi kebenaran ilahi jang tak terganggugugat. Djustru dalam hal ini kawibawa Kitab Sutji mentjapai puntjaknja, jakni apabila kebenaran dari iman umat Allah diutjapkan. Boleh djadi sesuatu dikemukakan sebagai benar untuk sementara waktu dengan djalan terbuka untuk kemadjuan dan perkembangan lebih landjut. Umpamanja: Kitab Sutji Perdjandjian Lama sungguh membenarkan sepenuhnja, bahwa Allah adalah Esa. Tetapi djalan tetap terbuka untuk kemadjuan, sehingga Perdjandjian Baru dapat mengatakan bahwa Allah jang Esa itu ialah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kemadjuan dan perkembangan sedemikian itu chususnja perlu diperhatikan sehubungan dengan kebenaran praktis, jaitu jang menjangkut tingkah-laku manusia. Adalah mungkin dan njata terdjadi, bahwa salah satu tindakan atau kelakuan dikatakan "benar", artinja baik, pada masa tertentu, dalam keadaan dan lingkungan tertentu. Kemudian perbuatan baik jang dibenarkan oleh Kitab Sutji itu dapat mendjadi buruk dan djahat serta ditolak oleh Alkitab. Misalnja: polygami oleh Perdjandjian Lama dianggap dan dikatakan baik sehingga dibenarkan djuga. Tetapi oleh Perdjandjian Baru dilarang, ditolak dan tidak dibenarkan lagi.

Maka itu Kitab Sutji adalah benar sehubungan dengan segala sesuatu jang menjangkut keselamatan dan jang oleh pengarang sutji dibenarkan dan disetudjui serta disungguhkan dan lagi hanja sedjauh dibenarkan olehnja. Kalau demikian maka ia terlindung terhadap kekeliruan oleh inspirasi ilahi. Alkitabnja ialah: tidak segala sesuatu jang dikatakan oleh Alkitab adalah benar dan terdjamin kebenarannja. Bahkan tidak segala sesuatu jang dibenarkan oleh si pengarang begitu sadja dibenarkan dan didjamin oleh Roh Kudus. Pabila si pengarang membenarkan sesuatu hanja setjara sambil lalu dan sebagai manusia sadja, nistjaja ia tidak terlindung terhadap kekeliruan. Perlindungan itu baru diberikan kepadanja, pabila ia sebagai pengarang Kitab Sutji membenarkan sesuatu sehubungan dengan iman dan keselamatan. Dengan maksud itu ia diinspirasikan oleh Roh Kudus, jang mau memberikan keterangan tentang keselamatan dan sedjarahnja. Alkitab tidak mau mengadjar ilmu pengetahuan mana sadja. Kesemuanja itu diserahkan oleh Tuhan kepada ketjerdasan manusia, jang diberiNja akal untuk itu. Kitab Sutji bermaksud mengadjar agama, memperbintjangkan hubungan Allah dengan manusia dan segala sesuatu jang dikerdjakan Tuhan untuk keselamatan umat manusia.

Apa jang dikatakan diatas mengenai Kitab Sutji sebagai Kitab Allah jang memuat pernjataan illahi. Tetapi Kitab Sutji djuga suatu buku insani jang boleh diperlakukan sebagai setiap buku insani. Kalau demikian maka benar tidaknja boleh dinilaikan setjara ilmiah. Ada banjak hal dalam Kitab Sutji jang tidak langsung menjangkut keselamatan. Sehubungan dengan itu ada djuga banjak kebenaran tertjantum didalam Alkitab, jang boleh dan harus ditimba oleh ilmu pengetahuan, chususnja ilmu sedjarah. Para ahli dengan bebas boleh memeriksa dan menilaikan, apa benar apa tidak benar. Kalau benar, maka kebenaran itu adalah kebenaran insani; djika keliru, kekeliruan itu harus ditanggungkan kepada manusia jang menulis buku itu. Orang dapat menimba dari Kitab Sutji pengetahuan lebih kurang pasti tentang sedjarah dahulu, alam pikiran dan kebudajaan; tertjantum didalamnja umpamanja bagaimana pendapat dan anggapan orang Keristen dahulu. Ternjata mereka amat mengharapkan kedatangan Tuhan diachir djaman jang dikirakan tidak lama lagi akan terdjadi. Para rasulpun ikut serta dalam harapan dan kejakinan insani itu. Kejakinan itu njata keliru djuga. Kesemuanja itu tidak menjangkut Alkitab sebagai Kitab Allah, melainkan hanja sebagai buku insani dari djaman dahulu.

Djadi kebenaran jang harus kita tjari dalam Alkitab sebagai Wahju Tuhan, ialah kebenaran keselamatan. Kebenaran itulah terdjamin oleh Roh Kudus jang telah menginspirasikan Alkitab demi keselamatan manusia.

Artikel ini diambil dari : 
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau. 1967. Halaman 42-46.  

12 Fakta Tentang Alkitab Yang Mengagumkan
Tidak ada buku yang seperti Alkitab. Kitab Suci ini diakui dan telah terbukti merupakan buku paling berpengaruh di dunia dibandingkan dengan buku-buku manapun yang pernah diterbitkan.Ada banyak hal yang begitu mengagumkan tentang Alkitab. Ini daftarnya.

1.Alkitab merupakan Kitab Paling Laris di sepanjang sejarah.
Alkitab merupakan buku paling laris dan paling banyak terjual di sepanjang sejarah. Secara historis di seluruh dunia sampai saat ini, Alkitab masih menjadi buku yang paling banyak dijual di sepanjang masa. Tidak ada satu buku atau kitab suci manapun yang dapat menandingi kelarisan Alkitab. Ada lebih dari 168.000 Alkitab yang terjual setiap hari di AS. Paling sedikit 30 juta Alkitab terjual setiap tahunnya di AS saja. Lembaga-lembaga Alkitab Protestan dan badan-badan misi Protestan mencatat paling sedikit 100 juta Alkitab terjual setiap tahunnya di seluruh dunia. Lembaga Alkitab Protestan di Cina baru-baru ini menyatakan telah mencetak 100 juta buah Alkitab untuk bangsa Cina.

Lembaga-lembaga Alkitab Protestan juga telah menerjemahkan Alkitab ke dalam lebih dari 1200 bahasa.

2.Alkitab merupakan Kitab Paling Berpengaruh di dalam Sejarah
Kepada Alkitablah bangsa Barat berhutang. Tanpa Alkitab tidak akan ada warisan hukum Barat.Sepuluh Perintah Tuhan merupakan dasar moral dan hukum peradaban Barat yang menekankan kebebasan, keadilan dan kasih.

Landasan Common Law (Hukum Adat) dibuat oleh Raja Alfred Agung dari Inggris yang memperkenalkan Kitab Undang-undangnya dengan Sepuluh Perintah Tuhan, memperkenalkan The Case Laws of Exodus, The Golden Rule of Christ dan azas-azas Alkitabiah yang lain.

Magna Carta tahun 1215 merupakan undang-undang dasar pertama, pembatasan tertulis pertama terhadap kekuasaan pemerintah. Magna Carta ditulis oleh seorang pendeta dan penuh dengan ajaran-ajaran Alkitab.

Alkitab telah menginspirasi kesusasteraan terbesar, kesenian yang paling hebat, contoh arsitektur yang paling agung (katedral-katedral), zaman eksplorasi, misi dunia, negara hukum, pemisahan kekuasaan, pengawasan dan keseimbangan (checks and balance), pemerintahan representatif, kesucian hidup, dan banyak lagi yang kita sudah warisi.

Fakta bahwa minggu kita terdiri dari tujuh hari merupakan kesaksian pada fakta Tuhan menciptakan dunia dalam enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh. Praktek hari Minggu menjadi hari libur/istirahat berasal dari tradisi Kristen untuk menghormati hari pertama pada hari minggu sebagai Hari Tuhan, untuk mengingat Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati pada hari pertama minggu itu.

Kristus juga menjadi fokus utama dalam sejarah penanggalan. Cara kita memberi tanggal dalam tahun-tahun kita merupakan kesaksian akan sentralitas Kristus. Seluruh sejarah dibagi menjadi BC (Before Christ, Sebelum Masehi) atau AD (Anno Domini/Dalam tahun Tuhan Kita; Sesudah Kristus).

Kebanyakan bahasa-bahasa dunia dicatat/ditulis pertama kali oleh misionaris-misionaris Kristen. Buku pertama dalam kebanyakan bahasa-bahasa di dunia ini adalah Alkitab. Terjemahan Alkitab Martin Luther mempunyai dampak yang sangat besar atas pembentukan bahasa Jerman, demikian juga terjemahan Alkitab oleh William Tyndale. Banyak frasa-frasa, ungkapan-ungkapan dan kata-kata umum berasal dari Alkitab. Napoleon Bonaparte menegaskan “Alkitab bukan hanya sebuah buku, tetapi kuasa yang hidup yang menaklukkan semua yang melawannya.”

3.Alkitab merupakan Fondasi Sains Modern
Michael Faraday, salah seorang ilmuwan terbesar dunia sepanjang masa, yang menemukan Induksi Elektromagnenik dan menemukan generator (alat pembangkit tenaga listrik), menyatakan,”Alkitab dan hanya Alkitab merupakan satu-satunya penuntun bagi setiap orang pada setiap waktu dan dalam setiap keadaan. Mempelajari Alkitab setiap hari membuat seseorang menjadi semakin cerdas, rasional, berakal-budi, bijaksana, takut akan Tuhan dan rendah hati.”

Semua ilmuwan-ilmuwan pelopor yang besar yang meletakkan dasar-dasar fisika modern, astronomi, Kalkulus, Ilmu Dinamika, Oseanografi, anaesthesiology dan setiap cabang sains yang lain, menegaskan Alkitab sebagai fondasi dan inspirasi untuk karya mereka. Ilmuwan-ilmuwan terbesar dunia ini seperti Johannes Kepler, Francis Bacon, Galileo Galilei, Isaac Newton, Carl van Linnaeus, Charles Babbage, Blaise Pascal, Samuel Morse, Matthew Fontaine Maury, James Simpson, George Washington Carver, dan banyak ilmuwan lagi, adalah pembela dan pengagum Alkitab.

Peradaban Barat yang agung dibangun di atas dasar ajaran-ajaran Alkitab.

4.Alkitab menegaskan dirinya sebagai Firman Tuhan
Ada banyak buku ditulis oleh dan tentang pelbagai agama-agama. Tetapi Alkitab merupakan satu-satunya kitab yang menegaskan dirinya sebagai Firman Tuhan yang sebenarnya. Mereka yang mempercayai Alkitab juga mempercayai bahwa Tuhan menginspirasi bermacam-macam orang selama berabad-abad untuk menuliskan FirmanNya yang benar bagi umat manusia. Alkitab menyebut lebih dari 3000 kali “lalu berfirmanlah Tuhan”. Alkitab menegaskan bahwa kata-kata yang terdapat di dalamnya adalah kutipan-kutipan yang diinspirasikan dari Tuhan.

-…Tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” (Yes. 40:8)

-“Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat. 5:18)

“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu.” (Mat. 24:35).
“Tetapi kamu harus menaruh perkataanKu ini dalam hatimu dan dalam jiwamu… (Ulangan 11: 18)
“Ajaran-ajaran yang dari Tuhan adalah benar, memberi sukacita kepada hati. Perintah-perintah Tuhan itu cahaya, memberi cahaya kepada mata.” (Mazmur 119:18)
Bila tersingkap, firman-firmanMu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh. (Maz 119:130)
“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12)
“Bukankah firmanKu seperti api, demikianlah firman Tuhan dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?” (Yeremia 23:29)
“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya diantara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.”(Kolose: 3:16)
“Betapa kucintai TauratMu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (Mazmur 119:97)

5.Penulisan Alkitab
Alkitab ditulis dalam periode lebih dari sekitar 1600 tahun oleh sekitar 40 orang. Waktu penulisan adalah dari 1500 SM sampai 100 M.

6.Pembagian Alkitab
Walaupun Alkitab merupakan 1 buku, ia berisi 66 buku yang lebih kecil. Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis sebelum kelahiran Yesus Kristus; sementara itu Kitab-kitab Perjanjian Baru setelah kenaikan Yesus ke surga.

7.Pasal-pasal dan Ayat-ayat
Masing-masing buku, kecuali 5 buku, dibagi atas pasal-pasal dan ayat-ayat. Kelima buku yang tidak memiliki pasal adalah Kitab Obaja, Filemon, 2 Yohanes, 3 Yohanes dan Yudas. Kitab-kitab ini adalah kitab yang pendek dan singkat yang hanya mempunyai pembagian ayat.

Pasal-pasal diintrodusir ke dalam Alkitab pada tahun 1238 oleh Kardinal Hugo de S. Caro. Pembagian-pembagian ayat baru dilakukan tahun 1551 oleh Robertus Stephanus.

8.Kitab yang paling panjang dan paling pendek dari Alkitab
Pasal yang paling panjang dalam Alkitab adalah Mazmur 119 dengan 176 ayat. Pasal yang yang terpendek adalah Mazmur 117 dengan hanya 2 ayat. Secara sambil lalu, pasal pertengahan Alkitab adalah Mazmur 118 dan Mazmur 117.

Kitab yang paling panjang dari Alkitab adalah Mazmur dengan 150 pasal atau mazmur. Kitab ini mengandung 43.743 kata. Kitab terpendek adalah 3 Yohanes dengan hanya 1 pasal dan 299 kata.

Ayat yang paling panjang dalam Alkitab adalah Esther 8:9 dengan 90 kata. Ayat terpendek adalah Yohanes 11:35 dengan hanya tiga kata,”maka menangislah Yesus”

9.Alkitab akurat secara historis
Ada beberapa sejarawan sekuler yang menulis tentang peristiwa-peristiwa Perjanjian Baru pada waktu yang bersamaan saat Alkitab sedang ditulis. Josephus adalah salah seorang sejarawan paling terkenal di antaranya. Dia seorang sejarawan Yahudi. Tacitus adalah seorang sejarawan Romawi yang tidak mempunyai kepentingan untuk tidak menyampaikan sejarah yang benar. Kedua orang ini, dan juga sejarawan-sejarawan yang lain, bisa digunakan unduk menyokong keakuratan atau ketelitian historis Alkitab.

Semakin banyak penemuan-penemuan historis yang mendukung keakuratan Alkitab. Pdt. Protestan Merril Unger, yang menyusun sebuah kamus Alkitab menulis,”Arkeologi Perjanjian Lama telah menemukan kembali semua bangsa, kota-kota kuno, menghidupkan kembali orang-orang penting, dan membuktikan kebenaran peristiwa-peristiwa historis seperti yang diceritakan Alkitab’.

10.Alkitab tidak pernah saling bertentangan
Tidak ada kontradiksi atau pertentangan dalam Alkitab. Beberapa orang mengaku menemukan pertentangan-pertentangan di dalam Alkitab. Akan tetapi, kalau kita mempelajari Alkitab secara kontekstual dan secara keseluruhan (komprehensif), dan kalau kita memahami ajaran-ajaran Alkitab, maka tidak ada pertentangan. Ini sungguh ajaib mengingat Alkitab ditulis dalam suatu jangka waktu yang sedemikian lama.

11.Nubuatan-nubuatan Alkitab
Ada lebih dari 3200 ayat Alkitab yang telah digenapi. Akan tetapi masih ada 3100 ayat yang belum tergenapi.

12.Penulis-penulis Alkitab
Walaupun ada paling sedikit 40 orang penulis Alkitab yang berbeda yang menulis Alkitab, beberapa penulis menulis buku lebih banyak dari penulis lainnya. Rasul Paulus menulis paling sedikit 13 buku. Paulus kemungkinan besar juga merupakan penulis Kitab Ibrani. Musa menulis lima kitab pertama dari Perjanjian Lama.

Meskipun tidak semua bagian kitab Amsal ditulis Salomo, akan tetapi Alkitab mempertalikan lebih dari 3000 amsal pada Raja Salomo. (DBS)

https://www.suarakristen.com/2015/02/22/12-fakta-tentang-alkitab-yang-mengagumkan/

Pertanyaan: Siapa penulis kitab-kitab dalam Alkitab?

Jawaban: 
Pada akhirnya, melampaui manusia sebagai penulis, Alkitab ditulis oleh Allah. 2 Timotius 3:16 menyatakan bahwa Alkitab “dinafaskan” oleh Allah. Allah mengawasi para manusia yang menulis kitab-kitab Alkitab sehingga sekalipun mereka menulis dengan gaya tulisan dan kepribadian mereka masing-masing, mereka tetap mencatat secara persis apa yang Allah ingin mereka katakan. 

Alkitab tidak didikte oleh Allah, namun dituntun dan diilhamkan oleh Allah secara keseluruhan. 

Secara manusiawi, Alkitab ditulis oleh kurang lebih 40 orang dengan latar belakang yang berbeda-beda dalam kurun waktu 1500 tahun. Yesaya adalah seorang nabi, Ezra adalah seorang imam, Matius adalah pemungut cukai, Yohanes adalah seorang nelayan, Paulus adalah pembuat kemah, Musa adalah seorang gembala. 

Sekalipun merupakan tulisan dari para penulis yang berbeda latar belakang dalam 15 abad, Alkitab tidak bertentangan satu sama lain dan tidak mengandung kekeliruan apapun. Para penulis menyajikan perspektif yang berbeda, namun semuanya memproklamirkan Allah yang esa dan sejati yang sama, dan jalan keselamatan yang sama – Yesus Kristus (Yohanes 14:6; Kisah Rasul 4:12). 

Tidak banyak kitab-kitab Alkitab yang secara spesifik menyebutkan nama penulisnya. Berikut ini nama-nama kitab sekaligus dengan nama orang yang secara umum dianggap oleh para sarjana Alkitab sebagai penulis kitab tersebut, dan perkiraan tahun penulisan. 

Kejadian, Keluaran, imamat, Bilangan, Ulangan = Musa – 1400 SM 
Yosua = Yosua – 1350 SM 
Hakim-Hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel = Samuel/Natan/gad – 1000-900 SM
1 Raja-Raja, 2 Raja-Raja = Yeremia – 600 SM 
1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia = Ezra – 450 SM
Ester = Mordekhai – 400 SM
Ayub = Musa – 1400 SM
Mazmur = beberapa penulis yang berbeda, kebanyakan oleh Daud – 1000 – 400 SM
Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung = Salomo – 900 SM
Yesaya = Yesaya – 700 SM
Yeremia, Ratapan = Yeremia – 600 SM
Yehezkiel = Yehezkiel – 550 SM
Daniel = Daniel – 550 SM
Hosea = Hosea – 750 SM
Yoel = Yoel – 850 SM
Amos = Amos – 750 SM
Obaja = Obaja – 600 SM
Yunus = Yunus – 700 SM
Mikha = Mikha – 700 SM
Habakuk = Habakuk – 600 SM
Zefanya = Zefanya – 650 SM
Hagai = Hagai – 520 SM
Zakharia = Zakharia – 500 SM
Maleakhi = Maleakhi – 430 SM
Matius = Matius – tahun 55 
Markus = Yohanes Markus – tahun 50 
Lukas = Lukas – tahun 60 
Yohanes = Yohanes tahun 90 
Kisah Rasul = Lukas – tahun 65 
Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon = Paulus – tahun 50-70 
Ibrani = tidak diketahui dengan pasti. Diduga Paulus, Lukas, Barnabas, atau Apolos – tahun 65 
Yakobus = Yakobus – tahun 45 
1 Petrus, 2 Petrus = Petrus – tahun 60 
1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes = Yohanes – tahun 90
Yudas = Yudas – tahun 60 
Wahyu = Yohanes – tahun 90 
https://www.gotquestions.org/Indonesia/penulis-Alkitab.html







Post a Comment

أحدث أقدم